Mar 2025
22

POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR
Batik Mandau, Dari Inisiatif Sosial Menjadi Ciri Khas Daerah
etalase | Senin, 28 Oktober 2024 | 21:05:08 WIB
Editor : * | Penulis : Rivo Wijaya
Beberapa produk UMKM di Galery Batik Mandau.

DURI - Deswita tampak begitu telaten menggunakan canting dalam menorehkan malam (Lilin Batik,Red) pada kain. Matanya jeli mewarnai pola motif. Menurutnya, bisa bekerja di Batik Mandau merupakan hobi yang tersalurkan.

"Saya, senang. Ini hobi yang tersalurkan, sekaligus menghasilkan mas," ungkap Deswita sambil tersenyum kepada Metro Riau, Selasa (22/10/2024).

Dari raut wajahnya, ia seperti sangat menikmati pekerjaannya sebagai pengrajin batik. Hasil batik buatannya berkualitas, boleh diuji. Tak hayal kalau Batik Mandau indah dan estetik. Karena setiap lembar batik mencerminkan keahlian serta dedikasi pembuatnya.

Wanita berusia 52 tahun yang berasal dari Kelurahan Air Jamban, Kecamatan Mandau, Duri ini sebelumnya hanya seorang ibu rumah tangga. Akan tetapi ia memiliki semangat dan kegigihan yang kuat untuk membantu ekonomi keluarganya.

Tahun 2021 lalu, awal bergabung di Batik Mandau, Deswita mengaku belum memiliki keterampilan apapun. Kemudian melalui Camat dan Kelompok Kerja (Pokja) 2 PKK Mandau, sekaligus inisiator Batik Mandau, memberangkatkan ia workshop batik ke Yogyakarta.

"Awal bergabung, saya belum ada keterampilan membatik. Kemudian kami mengikuti pelatihan ke Yogyakarta. Dari sana, akhirnya saya bisa," ungkapnya.

Walau telah ikut pelatihan, ia mengaku tetap terus belajar melalui sosial media guna memfasihkan cara membatik. Bahkan kini, ia bersama teman pengrajin Batik Mandau lainnya sudah bisa membuat kain batik sebanyak 10 helai dalam sehari.

"Sehari kita bisa buat 10 helai batik. Untuk harga tergantung dari tingkat kesulitan motif. Standar, panjang 2,3 meter dibandrol dengan harga Rp300 ribu, bahkan ada yang harga Rp400 sampai Rp500 ribu," terangnya.

Bagi Deswita, Batik Mandau yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Nomor 56, Kelurahan Air Jamban, Kecamatan Mandau, Duri, Kabupaten Bengkalis ini, sudah merupakan keluarga keduanya. Canda tawa selalu menghiasi harinya saat bekerja. Ia berharap, Batik Mandau bisa lebih berkembang, sehingga banyak dikenal orang.

"Ke depan, semoga Batik Mandau bisa lebih berkembang dan memiliki tempat produksi maupun toko sendiri. Sebab, saat ini tempatnya masih kurang memadai," bebernya.

Inisiatif Camat dan Awal Berdiri Batik Mandau
Saat pandemi covid melanda Indonesia pada 2019 hingga 2021, membuat ekonomi masyarakat merosot. Begitu juga dengan ekonomi masyarakat Mandau. Banyak warga yang terdampak, sampai kehilangan pekerjaan dan dirumahkan.

Melihat kondisi itu, Camat Mandau, Riki Rihardi, S.STP, M.Si, bersama istrinya, Dewi Asdinar, S.SOS, M.Si, yang juga menjabat sebagai Ketua TP PKK Kecamatan Mandau jadi prihatin. Sehingga berinisiatif pada tahun 2021, mengembangkan Batik Mandau.

Kala itu, mereka mulai mengembangkan Batik Mandau dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga setempat. Mulai dari situ, lahirlah Batik Mandau.

"Kami terdorong karena banyak masyarakat yang kehilangan pemasukan saat pandemi. Maka, kami coba membantu perekonomian warga dengan mengembangkan Batik Mandau," ungkap Riki.

Untuk awal pengembangan, ia memanfaatkan bantuan keuangan dari program Bermasa Sidesa yang dijalankan oleh mantan Bupati Bengkalis, Kasmarni. Tujuannya untuk membantu desa-desa agar terus berkembang, maju, dan sejahtera.

"Dana program Bermasa Sidesa inilah yang kita manfaatkan. Kita mulai mengumpulkan masyarakat sampai terkumpul 50 orang. Lalu kita adakan pelatihan," ujarnya.

Meski antusias awal masyarakat cukup tinggi, akan tetapi tak semuanya bertahan. Dari 50 orang yang dilatih, hanya 15 orang yang tetap aktif hingga saat ini. "Bagi kami, terpenting adalah keinginan mereka. Alhamdulillah, 15 pengrajin yang masih bertahan bisa terbantu perekonomian keluarganya," beber Riki.

Sebagai Camat, Riki memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Makanya saat di landa pandemi, ia turut memikirkan bagaimana masyarakat Mandau tetap bisa produktif, meskipun hanya bekerja dari rumah. Sekarang, dengan adanya Batik Mandau, banyak keluarga yang terbantu.

Perhatian dari PT Pertamina Hulu Rokan
Seiring berjalannya waktu, pada 2022, upaya pengembangan Batik Mandau mendapat perhatian dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). PHR menawarkan bantuan untuk memperkuat langkah Batik Mandau dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas produksinya.

Bak gayung bersambut, Riki menerima dengan baik dukungan PHR tersebut. Bahkan dukungan itu menjadi angin segar bagi Batik Mandau, supaya bisa terus bertahan, berkembang dan bersinar hingga dikenal lebih luas.

"Di 2022, PHR datang ke kami dalam suka cita. Bagi kami ini merupakan angin segar. Melalui bantuan inilah kita bisa berkembang seperti sekarang," ujarnya.

Seni batik dan jenis motif didalamnya sarat akan makna simbolis. Tiap-tiap daerah memiliki produk batik serta motifnya masing-masing. Batik Mandau salah satunya. Bentuk motifnya mencerminkan budaya serta kekayaan daerahnya.

Dari 30 motif yang di miliki Batik Mandau, diantaranya ada motif daun, gajah, dan yang paling mencuri perhatian yaitu motif pumping unit, atau di kenal orang Mandau sebagai pompa angguk.

Motif pumping unit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Mandau, Duri, Bengkalis. Sebab, ini melambangkan daerahnya yang dikenal sebagai penghasil minyak dan gas (migas) terbesar di Indonesia.

"Pumping unit adalah ciri khas Batik Mandau dan menjadi ikon bagi daerah kami. Selain unik, motif ini memiliki filosofi yang mendalam tentang perjuangan dan kesejahteraan masyarakat Mandau," jelas Riki.

Disamping memiliki ciri khas motif, juga terdapat tiga jenis batik yang diproduksi Batik Mandau. Yaitu batik tulis, batik shibori, dan batik ecoprint. Tidak itu saja, kini permintaan akan Batik Mandau juga terus meningkat hingga luar daerah.

Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski begitu, Batik Mandau memiliki tantangan cukup besar. Itu karena jumlah pengrajin dan tempat produksi yang masih kurang memadai. Sehingga jumlah batik yang dihasilkan pun masih terbatas.

15 pengrajin Batik Mandau saat ini juga tidak bekerja sebulan penuh. Rata-rata para pengrajin hanya bekerja selama 15 hingga 20 hari, dengan produksi per hari, hanya 10 helai batik. Walau begitu, seluruh pesanan tetap dikerjakan dengan baik.

"Kendala kita di jumlah pengrajin dan lokasi. Semoga ke depan, kita punya tempat produksi yang memadai," ujar Riki berharap.

Dengan menunjukkan progres dan konsistensi yang signifikan, kini beberapa pengrajin Batik Mandau juga sering diundang oleh kecamatan lain sebagai narasumber pelatihan batik. Tentunya ini suatu pencapaian positif sekaligus menandakan pengakuan atas keahlian mereka.

Tak sampai di situ, PKK Mandau juga menunjukkan prestasi gemilang, dengan terpilih sebagai yang terbaik di Provinsi Riau dan peringkat dua di tingkat nasional.

Sebagai inisiator, mereka terus mendukung Batik Mandau, serta berbagai produk UMKM lainnya. Seperti manggo jelly, keripik, kue, dan kerajinan anyaman. Bahkan di tambah dukungan PHR, produk - produk tersebut kini memiliki packaging yang lebih menarik.

"Untuk produk UMKM ini, naungannya di bawah Kelompok Kerja 3 TP PKK Mandau. Lagi-lagi PHR turut berperan. Karena bersinergi dengan PHR, produk-produk ini sekarang memiliki kemasan yang lebih bagus dan menarik di mata konsumen," tandasnya.

Ke depan, Riki mempunyai keinginan agar Batik Mandau dapat dikenal lebih luas, tidak hanya di Provinsi Riau, tetapi juga secara nasional.

"Kami ingin Riau dikenal bukan hanya karena sawit dan migas, tetapi juga batik Mandau yang menjadi kebanggaan daerah. Sebab Batik Mandau tak sekedar kain, melainkan sebuah simbol kebangkitan ekonomi dan upaya melestarikan warisan budaya di tengah keterbatasan," tuturnya.

Upaya PHR Lestarikan Budaya Melalui Batik Mandau
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menunjukkan komitmennya dalam pengembangan komunitas dan pelestarian budaya melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dengan mendukung dan membina Batik Mandau di Kabupaten Bengkalis, Riau.

Kreasi batik yang dihasilkan oleh para ibu-ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kecamatan Mandau telah mendapatkan pelatihan serta dukungan sumber daya dari PHR dan mitranya, Politeknik Negeri Bengkalis.

Di sini, para pengrajin lokal tidak hanya memperoleh keahlian dalam seni pembuatan batik. Namun, juga akses ke pasar yang lebih luas, sehingga dapat menciptakan mata pencarian berkelanjutan.

Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto mengatakan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk turut memajukan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasinya.

"Selain berfokus pada operasi migas yang andal dan selamat, kita (PHR) juga menaruh perhatian serius terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Untuk itu kami berupaya memberikan dukungan terbaik bagi daerah melalui kreasi Batik Mandau. Semoga ini akan menjadi ikon yang memperkenalkan keanekaragaman suku dan budaya, sampai operasi migas yang dituangkan dalam corak batik tersebut," ujar Rudi.

Rudi berpendapat, Batik Mandau tidak hanya berperan sebagai upaya pemberdayaan ekonomi, tetapi juga sebagai langkah konkret PHR dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya lokal.

Maka dari itu, dengan ragam motif batik yang dihasilkan, dapat memperkenalkan kebudayaan Riau pada khalayak ramai, serta menggambarkan kekayaan alam dan kearifan lokal daerah Riau. Ditambah dengan dukungan PHR serta kerja sama yang solid dengan berbagai pihak, Batik Mandau sangat berpotensi menjadi ikon kebanggaan lokal yang sekaligus membawa manfaat ekonomi bagi pengrajin setempat.

Program ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi dapat berjalan seiring, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Riau.

Selain itu, kini Batik Mandau yang merupakan produk lokal kebanggaan Bengkalis semakin menunjukkan kemajuan yang signifikan. Dengan pesanan yang sudah penuh hingga dua bulan ke depan, membuktikan batik Mandau kian diminati oleh masyarakat.

Peran Penting PHR dan Politeknik Negeri Bengkalis
Sejak awal 2022, Politeknik Negeri Bengkalis bersama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berperan aktif dalam mendukung batik Mandau. M. Afridon, ST., MT., Dosen Politeknik Negeri Bengkalis sekaligus mitra pelaksana program PHR mengatakan bahwa dukungan ini dimulai dengan pemberian peralatan seperti canting dan kain.

Kemudian pada tahun 2023, melihat kualitas batik Mandau yang semakin rapi dan memikat, PHR melanjutkan bantuan dengan menyediakan kemasan yang lebih menarik untuk meningkatkan daya tarik produk di pasaran.

"Kami turut membantu dalam penjualan dan penambahan peralatan membatik. Dari yang semula hanya memiliki 20 alat cetakan, kini kami tambahkan lagi 20 cetakan," ujar Afridon.

Afridon menjelaskan, bantuan ini tidak berhenti di situ, pada akhir tahun nanti (2024), rencananya kita juga akan mengadakan pelatihan bagi para pengrajin untuk meningkatkan kualitas warna dan teknik membatik mereka.

"Terutama bagi para pemula yang baru bergabung," bebernya.

Selain itu, kini bahkan proses manajemen Batik Mandau pun semakin teratur dengan adanya kasir yang bertanggung jawab dalam pengelolaan penjualan. Hal ini menunjukkan perkembangan positif dari segi manajemen dan pelayanan di Batik Mandau.

Dukungan Pemerintah Kabupaten Bengkalis
Melihat kreatifitas yang ditunjukkan oleh Batik Mandau juga mendapat sorotan dari Pj Bupati Bengkalis, Drs. Akhmad Sudirman Tavipiyono, MM., MA., ia bahkan menyatakan dukungan penuh terhadap batik Mandau.

"Kita akan terus support Batik Mandau supaya bisa terus berkembang. Untuk PHR kita ucapkan terima kasih karena telah berperan aktif dalam mendukung perkembangan batik Mandau sebagai produk lokal unggulan," ujarnya.

Terlebih, ia menilai bahwasanya Batik Mandau tidak hanya meningkatkan ekonomi daerah, tetapi juga memberdayakan ibu-ibu di sekitar.

Bahkan Pj Bupati Bengkalis tersebut juga mengungkapkan harapannya agar Batik Mandau dapat menembus pasar internasional, terutama mengingat letak geografis Bengkalis yang berdekatan dengan Malaysia.

"Dengan dukungan berkelanjutan dan promosi yang tepat, Batik Mandau akan dapat 'go international' dan dikenal di kancah dunia," ujarnya optimis.

Semoga ke depan, kolaborasi antara PHR, Politeknik Negeri Bengkalis, dan Pemerintah Kabupaten Bengkalis diharapkan dapat terus memberikan dampak positif terhadap perkembangan batik Mandau.

"Langkah-langkah konkret seperti peningkatan keterampilan pengrajin, penambahan peralatan, dan penyempurnaan manajemen akan menjadi fondasi kuat untuk memajukan Batik Mandau sebagai produk budaya yang tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional," tambahnya.

Menurutnya, dengan antusiasme dan dukungan yang ada, cita-cita untuk membawa batik Mandau ke kancah dunia bukanlah hal yang mustahil.*
 


Artikel Popular
politik
Afni Zulkifli-Syamsurizal Menang di PSU Pilkada...
Sabtu, 22 Maret 2025 | 16:49:31 WIB
Afni-Syamsurizal Kembali Unggul di TPS 03 Buantan...
Sabtu, 22 Maret 2025 | 15:25:45 WIB
hukum
Tegas, Irjen Herry Ancam Pecat Polisi Terlibat...
Sabtu, 22 Maret 2025 | 12:58:23 WIB