Dukung Pengembangan Budaya Lokal, APRIL-APR Gelar Pelatihan Kelompok Batik di Riau
PANGKALAN KERINCI - Keberadaan batik sebagai seni tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia. Batik tidak hanya sekadar warisan budaya, melainkan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam perjalanan panjangnya, batik telah melewati berbagai zaman dan terus mengalami perkembangan. Kini, pengunaan kain batik tidak hanya dikenakan dalam upacara-upacara adat, tetapi telah menjadi tren fesyen modern yang mendunia.
Di tahun 2009, batik mendapat pengakuan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Lewat pengakuan ini, menjadikan batik semakin dikenal di kancah internasional.
Guna mendukung pelestarian budaya tersebut, sekaligus memberdayakan perempuan di sekitar wilayah operasional, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) - Asia Pacific Rayon (APR) melalui Community Development (CD) kembali menggelar pelatihan batik kepada kelompok batik binaan yang dilaksanakan di CD Center, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Senin-Kamis (18-21/11/2024).
Mengusung tema “Pelatihan Desain Pola dan Komposisi Warna Batik”, APRIL-APR menggandeng Yosepin Sri Ningsih, M.DS. dan Eka Afirianti Puspita M.DS. sebagai trainer pelatihan, keduanya merupakan akademisi dari Universitas Kristen Maranatha sekaligus praktisi di bidang fesyen.
Pelatihan ini digelar dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan meningkatkan kemampuan dan kapabilitas kelompok-kelompok rumah batik binaan RAPP yang berada di wilayah operasional perusahaan.
Peserta pelatihan batik terdiri dari tujuh kelompok rumah batik, yaitu Batik Andalan, Batik Yus, dan Irma Batik dari Kabupaten Pelalawan, Batik Istana dan Batik Seruni dari Kabupaten Siak, serta Batik Lebah dan Batik Nagori dari Kabupaten Kuantan Singingi.
Ayu Ningsih (37), peserta dari Rumah Batik Andalan asal Kabupaten Pelalawan merasa senang mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan. Menurutnya, pelatihan ini memberikan wawasan baru tentang dunia perbatikan.
"Agar corak batik yang dihasilkan di Riau tidak monoton, perlu peningkatan kreativitas desain, pemilihan komposisi warna, dan penempatan motif sehingga nantinya bisa lebih bervariasi dan batik-batik Riau memiliki ciri khas tersendiri," ungkap Ayu.
Lebih lanjut Ayu menjelaskan, pelatihan ini memberikan kesempatan baginya untuk dapat bertemu dengan kelompok batik binaan RAPP dari berbagai kabupaten lainnya. Ayu juga berharap, setelah pelatihan ini Rumah Batik Andalan bisa lebih kreatif lagi ke depannya.
Usaha kelompok Batik Rumah Andalan dibentuk pada tahun 2015 dan telah mematenkan beragam motif, diantaranya yang telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) yakni, Ombak Bono, Timun Suri, Lakum, Akasia, Eucalyptus dan motif-motif tanaman yang ada di Pelalawan.
Motif Bono merupakan motif unggulan dari Rumah Batik Andalan. Motif ini adalah simbol wisata alam yang ada di Kabupaten Pelalawan dan melambangkan kekuatan dan keharmonisan alam sebagai lambang kekayaan ketenangan kehidupan masyarakat Pelalawan.
Sesri Umami (35) peserta dari Rumah Batik Lebah Desa Kebun Lado Kabupaten Kuantan Singingi, juga merasa senang mendapat kesempatan mengikuti pelatihan. Sesri juga ingin mengembangkan kemampuan membatiknya agar menjadi lebih baik lagi.
“Bagi saya pelatihan ini sangat bermanfaat dan menyenangkan, Kami dapat bertemu dengan trainer yang memang sudah ahli di bidangnya. Terlebih lagi, teman-teman yang mengikuti pelatihan saling mendukung satu sama lain,” jelas Sesri.
Sesri juga menceritakan, tujuan awal dibentuk Kelompok Rumah Batik Lebah adalah untuk mengurangi tingkat pengangguran masyarakat lokal, dan yang paling utama yaitu meningkatkan pendapatan keluarga.
“Sebelumnya saya adalah IRT yang melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, setelah bergabung di kelompok Rumah Batik Lebah, saya dapat membantu perekonomian keluarga. Kami juga memiliki komitmen untuk 50% penghasilannya digunakan untuk kegiatan sosial,” sebut Sesri.
Rumah Batik Lebah juga telah mencetak kain batik dengan beragam motif seperti motif Mandulang Ome (emas), Piaugh Kajang, Kelapa Sawit, Papiwuak (Kantong Semar), dan motif Menumbuk Padi.
Mendulang emas adalah salah satu mata pencarian masyarakat setempat yang sampai saat ini masih menjadi tradisi masyarakat Kuantan Singingi. Aktivitas ini menggunakan dulang yang terbuat dari banir kayu besar, tempat emas dan kalam, disebut goluak yang terbuat dari tempurung kelapa serta ada daun untuk membungkus emas yaitu daun pitalo (daun pasak bumi), ini yang menjadi filosofi dari motif Mandulang Ome.
CD Operational Manager RAPP, Sundari Berlian dalam sambutannya pada saat pembukaan acara menyampaikan, APRIL dan APR terus berkomitmen untuk membina kelompok-kelompok rumah batik, yang tidak hanya sebagai pelestarian budaya, namun juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kami telah mendorong pertumbuhan batik di Riau sejak tahun 2013, saat itu kami melihat batik memiliki potensi seiring dengan semakin banyaknya wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke wisata Ombak Bono di Kabupaten Pelalawan,” ucap Sundari.
Menurut Sundari, saat ini perkembangan batik pada kelompok binaan APRIL-APR sudah semakin baik dari tahun ke tahun. Namun, untuk dapat eksis, baik di pasar nasional maupun internasional tentu perlu adanya pengembangan lebih lanjut, baik dari segi pola maupun warna yang menyesuaikan dengan trend kekinian.
“Ilmu yang kita ambil sangat luar biasa, kami menghadirkan langsung trainer yang pakar di bidang fesyen, saya percaya setelah mengikuti pelatihan ini nantinya ibu-ibu dapat mengembangkan lagi kain batik yang ada di Provinsi Riau,” tutup Sundari.
Hal ini tak lepas dari peran serta APRIL- APR dalam pengembangan batik di Riau sejalan dengan program pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di sekitar operasional perusahaan, selaras dengan Komitmen APRIL2030 dan APR2030 dalam menciptakan Kemajuan Inklusif dan Pertumbuhan Inklusif yang mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Ayu dan Sesri menjadi penerima manfaat program pembinaan CD APRIL-APR sekaligus menjadi saksi bahwa perusahaan di bawah naungan RGE ini terus berkomitmen untuk mendorong kelompok-kelompok batik binaan. Dengan langkah ini, diharapkan kain batik Riau dapat semakin dikenal dan dihargai, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung internasional.*