METRORIAU.COM
|
![]() |
|
||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
SELATPANJANG - Festival Perang Air (Cian Cui) untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek 2576 resmi dibuka di Jalan Diponegoro, Selatpanjang, Kamis (30/1). Dihadiri Plt Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar.
Plt Bupati mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Tionghoa atas partisipasi memeriahkan festival. "Melalui Festival Perang Air (Cian Cui), mari kita jalin kekompakan, saling menghargai, dan menghormati antar suku, etnis, dan budaya guna mewujudkan Kabupaten Kepulauan Meranti yang aman dan damai," ujar Asmar.
Dikatakannya, Festival Perang Air (Cian Cui) Kepulauan Meranti Tahun 2025 merupakan salah satu kegiatan yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata bekerjasama dengan seluruh masyarakat Tionghoa Kota Selatpanjang.
Festival tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi sebagai upaya nyata untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar semakin dikenal luas. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti berharap tradisi terus berkembang dan menjadi kebanggaan bersama.
"Kegiatan yang dikemas dalam bentuk Festival Perang di Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan upaya nyata untuk menempatkan tradisi ini sebagai salah satu ikon pariwisata," ujar Asmar.
Asmar mengajak kepada segenap peserta Festival untuk bersama menghargai serta melestarikan tradisi dan budaya sebagai wujud penghargaan keberagaman masyarakat yang ditakdirkan hidup berdampingan dalam warna dan corak suku yang beragam.
Festival Perang Air yang berlangsung selama enam hari tidak hanya menarik wisatawan domestik, tetapi mancanegara. Dengan meningkatnya kunjungan wisata, festival memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, terutama di sektor perhotelan, kuliner dan transportasi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, menegaskan Festival Perang Air (Cian Cui) tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat Kepulauan Meranti. Menurutnya, festival menjadi ajang promosi bagi Selatpanjang dan daerah sekitarnya, menarik lebih banyak wisatawan domestik maupun mancanegara.
"Festival bisa mendatangkan orang banyak. Tinggal bagaimana mengemasnya lebih rapi dan menarik, serta melakukan publikasi yang lebih luas. Momentum harus dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomian mereka," ujar Roni, yang pernah menjabat sebagai Pj Bupati Kepulauan Meranti.
Dengan semakin berkembangnya Festival Perang Air sebagai ikon wisata tahunan, diharapkan masyarakat dapat mengambil peluang dari tingginya arus wisatawan, baik melalui sektor kuliner, perhotelan, transportasi, maupun usaha lainnya. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memajukan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi daerah.
Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad, yang merupakan Kapolres pertama di Kepulauan Meranti sekaligus salah satu pencetus nama Cian Cui, turut menyampaikan apresiasinya terhadap keberlanjutan festival ini. Ia mengenang bagaimana pada tahun 2014, berbagai tokoh masyarakat dan paguyuban sepakat mengangkat Festival Perang Air sebagai kearifan lokal yang merepresentasikan kebhinekaan.
Plt Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar, bersama pejabat Forkopimda dan tokoh masyarakat, ikut larut dalam kegembiraan festival ini. Masyarakat yang ikut serta pun tidak melewatkan kesempatan untuk menyiram para pejabat hingga basah kuyup.
Festival Perang Air menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti. Berhasil mencetak sejarah dengan meraih Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2019 sebagai perang air dengan jumlah peserta terbanyak di Indonesia.*