Apr 2025
22

POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR
Kirab Tiga Dewa Meriahkan Perayaan Imlek di Selatpanjang
huawen | Senin, 3 Februari 2025 | 20:29:19 WIB
Editor : wislysusanto | Penulis : ali

SELAT PANJANG - Hari keenam perayaan Tahun Baru Imlek di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, menjadi momen yang paling dinantikan oleh masyarakat Tionghoa. Masyarakat merayakan Cue Lak dengan menggelar kirab budaya berupa pawai arak-arakan tiga dewa dari seluruh kelenteng di Selat Panjang, Senin (3/1).

Kirab budaya diikuti masyarakat Tionghoa serta berbagai lapisan masyarakat lainnya. Berbagai kelompok seni menampilkan atraksi khas mereka, seperti reog Ponorogo, serta pawai anak-anak dalam pakaian adat nusantara.

Arak-arakan tiga dewa dalam kirab memiliki urutan khusus. Tandu terdepan diisi Tian Tho Wan Sue, disusul Lie Loh Chia, dan di bagian akhir merupakan Dewa Cho Se Kong. Ketiga dewa  dipercaya membawa berkah bagi masyarakat Tionghoa. Arak-arakan menjadi simbol penghormatan serta harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru.

Kemudian terdapat sejumlah dewa pengiring. Di antaranya Dewa Lie Loh Chia (Panglima Perang), Dewa Tian Tho Wan Sue (Panglima Perang), Dewa Kuang Kong (Panglima Perang), Dewi Kuan In (Dewa Penyelamat Bumi), Dewa Sam Ong Hu (Dewa Raja), Dewa Tua Li Giah Peh (Dewa Neraka), Dewa Huat Cu Kong (Dewa Bumi), Dewa Sam Tai Kong (Dewa Bumi), Goh Ong Giah Kong (Dewa Raja), Tua Lang Kong (Dewa Raja), dan Dewa Tua Pek Kong (Dewa Wilayah).

Dewa pengiring bukan dalam bentuk patung, namun dipercaya masyarakat Tionghoa dalam bentuk roh yang merasuki warga-warga pilihan Tionghoa atau mereka menyebutnya Tang Ki. Orang yang dipilih oleh para dewa untuk dirasuki.

Ketua Pembina Yayasan Vihara Sejahtera Sakti, Tjuan An, mengungkapkan, suasana Tahun Baru Imlek terasa lebih semarak dengan berbagai rangkaian acara yang melibatkan ribuan orang.

Dikatakannya, pada hari pertama Imlek, masyarakat dari luar daerah cukup ramai datang ke Selatpanjang.

Selain memiliki makna budaya, perayaan Imlek di Kota Selatpanjang menjadi even spesial dan selalu ditunggu. Baik oleh warga Tionghoa maupun dari luar negeri yang sekedar berkunjung ataupun pulang kampung.

Tjuan An mengungkapkan, kirab budaya mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Yayasan Sosial Umat Beragama Buddha (YSUBB) Kepulauan Meranti, dan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN). 

Selain itu, turut hadir perwakilan dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Provinsi Riau, Pembimas Buddha Provinsi Riau, serta pihak Majelis Tri Dharma Agung Indonesia.

Menurut Tjuan An, tradisi arak-arakan dewa dalam Cue Lak merupakan warisan leluhur yang telah dibawa ke Selatpanjang lebih dari 100 tahun lalu.

"Ini merupakan tradisi dari Tiongkok yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan tetap lestari hingga saat ini," jelasnya.

Sejak pagi hingga malam hari, arak-arakan menyusuri jalan-jalan protokol di Kota Selatpanjang yang dipenuhi oleh lautan manusia. Masyarakat dari berbagai etnis dan latar belakang turut serta, menjadikan perayaan tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan harmoni budaya.

Menyadari besarnya jumlah peserta dan pengunjung, panitia telah menyiapkan sistem keamanan yang ketat. Ambulans lengkap dengan oksigen dan tenaga medis disiagakan untuk mengantisipasi keadaan darurat. Selain itu, unit pemadam kebakaran dikerahkan dengan perlengkapan pemadam api guna mengantisipasi risiko kebakaran akibat banyaknya petasan dan kembang api yang dinyalakan selama perayaan.

Sementara itu, Ketua Walubi Provinsi Riau, Mariyana mengapresiasi betapa besarnya gaung perayaan Imlek di Kota Selatpanjang.

"Saya diundang panitia untuk menghadiri tradisi ini. Pperayaan Imlek di sini begitu besar," ujarnya.

Dikatakannya, meskipun Selat Panjang hanya sebuah kota kecil di Provinsi Riau, namun kemeriahan perayaan Imlek disebut sebagai yang terbesar di Indonesia. 

"Kerukunan beragama di sini sangat tinggi, begitu juga dengan toleransinya. Bahkan, Provinsi Riau menjadi provinsi terbaik kedua di Indonesia dalam hal toleransi beragama. Ini merupakan pencapaian yang harus terus kita pertahankan dan tingkatkan," tegasnya.*


Artikel Popular
politik
hukum